Free Mouse Big Bouncy Cursors at www.totallyfreecursors.com
Free Mouse Big Bouncy Cursors at www.totallyfreecursors.com

Minggu, 14 September 2014

Makalah Malnutrisi

MAKALAH
MANAGEMENT MALNUTRISI PADA ANAK
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi

 






Disusun oleh kelompok 1 :


STIKes MITRA KENCANA TASIKMALAYA
Tahun Ajaran 2009/2010

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur seraya dilimpahkan kehadirat-Nya, yakni Allah Swt. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Gizi Dalam Kespro yang berjudul “Management Malnutrisi Pada Anak”. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Habibana Wanabiyana Muhammad SAW.
Dalam pembuatan tugas ini penulis banyak mengalami hambatan yang dihadapi. Namun akhirnya semua kesulitan tersebut dapat di atasi.
Mengingat hal itu, penulis menyadari dan meyakini bahwa dalam menyelesaikan makalah ini penulis tidak lepas dari kesulitan dan kekurangan yang dihadapi.
Untuk itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan tangan terbuka.
Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan Amin.
                                                
Tasikmalaya,       Juni  2010


Penulis


                                                                       
                                                                        i








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................            i
DAFTAR ISI................................................................................................           ii
BAB I   PENDAHULUAN      
A. Latar Belakang............................................................................           1
B. Tujuan..........................................................................................           2
BAB II  PEMBAHASAN
A. Pengertian Malnutrisi..................................................................           3
B.  Penyebab Malnutrisi...................................................................           4
C. Penyakit atau Gangguan Pada Malnutrisi...................................           5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................         10
B. Saran............................................................................................         10
DAFTAR PUSTAKA






                                                                        ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prevalensi malnutrisi di Indonesia masih tinggi. Selain malnutrisi, prevalensi penyakit kronik seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner bahkan kanker semakin meningkat. Peran nutrisi terhadap perkembangan penyakit tersebut sangat penting. Sebenarnya morbiditas dan mortalitas penyakit kronik tersebut dapat dicegah melalui modifikasi diet dan gaya hidup.
Banyak dokter umum yang belum menerapkan secara rutin penatalaksanaan nutrisi bagi pasiennya. Pendidikan gizi di kalangan mahasiswa dan di rumah sakit merupakan komponen esensial dalam pendidikan dokter. Para mahasiswa biasanya belum mendapatkan pengetahuan mendalam tentang peran diet pada pencegahan dan penatalaksanaan pasien. Belum pernah ada penelitian yang membuktikan pentingnya sistem pembelajaran berorientasikan nutrisi dalam pengelolaan pasien bagi mahasiswa di Indonesia.
Pembelajaran berorientasi nutrisi dalam menangani kasus-kasus di rumah sakit bagi mahasiswa kedokteran meliputi konseling, anamnesis gizi, skrining pasien dengan risiko malnutrisi atau sudah tergolong malnutrisi. Jika sudah tergolong malnutrisi perlu dilakukan terapi nutrisi. Bagi pasien dengan risiko malnutrisi harus dicegah agar tidak jatuh ke dalam status malnutrisi. Dengan pengetahuan, sikap dan perilaku dokter yang baik dalam penatalaksanaan nutrisi sebagai bagian dari manajemen terapi pasien, diharapkan prevalensi malnutrisi di Indonesia dapat menurun.




                                                          1


B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari malnutrisi terutama pada anak-anak khususnya pada balita
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya malnutrisi
3. Untuk mengetahui daerah-daerah di Indonesia yang masih rentan dengan maslah malnutrisi
4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit atau gangguan yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan gizi.















                                                                       2



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian
Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Namun demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup keadaan overnutrition (gizi berlebih). Seseorang akan mengalami malnutrisi bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat gizi yang mencakup diet yang sehat tidak dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu yang cukup lama. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.
Malnutrisi akibat asupan zat gizi yang kurang untuk menjaga fungsi tubuh yang sehat seringkali dikaitkan dengan kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang. Sebaliknya, malnutrisi akibat pola makan yang berlebih atau asupan gizi yang tidak seimbang lebih sering diamati pada negara-negara maju, misalnya dikaitkan dengan angka obesitas yang meningkat. Obesitas adalah suatu keadaan di mana cadangan energi yang disimpan pada jaringan lemak sangat meningkat hingga ke mencapai tingkatan tertentu, yang terkait erat dengan gangguan kondisi kesehatan tertentu atau meningkatnya angka kematian.
Ketika berbicara mengenai gizi kurang (undernutrition), perhatian terbesar akan ditujukan pada anak, terutama balita. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya. Satu hal yang akan berdampak pada produktivitas suatu bangsa.
                                                                        3
Masalah malnutrisi masih ditemukan pada banyak tempat di Indonesia, dan ironisnya Indonesia mengalami kedua ekstrim permasalahan malnutrisi. Di satu sisi, daerah yang mengalami rawan pangan dan kelompok dengan kemampuan ekonomi yang kurang memadai amat rentan terhadap terjadinya malnutrisi dalam bentuk gizi kurang. Organisasi pangan dunia (FAO) mencatat pada kurun waktu 2001-2003 di Indonesia terdapat sekitar 13,8 juta penduduk yang kekurangan gizi. Sementara berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia.
 Di sisi lain, di beberapa tempat seperti daerah perkotaan dan pada kelompok ekonomi berkecukupan, obesitas menjadi bagian dari masalah kesehatan. Sekalipun belum ada data resmi yang diungkapkan pemerintah, beragam penelitian menunjukkan angka obesitas yang cukup mencengangkan. Satu di antaranya menyebutkan hingga 4,7% atau sekitar 9,8 juta penduduk Indonesia mengalami obesitas, belum termasuk 76,7 juta penduduk (17,5%) yang mengalami kelebihan berat badan atau berpeluang mengalami obesitas. Lebih menyedihkan lagi, angka obesitas pada anak juga cukuptinggi.

B.     Penyebab Malnutrisi
Keadaan undernutrisi sering disebabkan oleh keadaan kekurangan pangan baik karena masalah produksi atau masalah distribusi patut dijadikan catatan bahwa tidak jarang undernutrisi, khususnya pada anak, juga terjadi karena kesalahan pola pemberian makanan ataupun jenis makanan yang diberikan. Akibatnya anak tidak mendapatkan asupan yang memadai bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya. Hal yang serupa juga terjadi pada masalah overnutrisi di mana, asupan yang didapatkan tidak semata-mata dalam jumlah yang banyak saja tetapi juga memiliki kandungan gizi yang nilai kalorinya terlalu tinggi. Sepintas, dapat diamati bahwa kedua permasalahan ini mungkin berpangkal pada pengetahuan yang kurang memadai tentang gizi di masyarakat. Oleh karenanya, edukasi kepada masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat tentang pemenuhan gizi akan menjadi langkah yang baik dalam mencegah terjadinya undernutrisi maupun overnutrisi.
                                                                        4
C.    Penyakit atau Gangguan yang diakibatkan oleh Kelebihan atau Kekurangan Zat Gizi
Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

1. Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).
Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :
a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan menurut
standar Harvard.
b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44-60 % dari berat badan
menurut standar Harvard.
c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
menurut standar Harvard.
Beberapa ahli hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus (kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau honger oedema (HO) atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.

                                                            5

2. Penyakit Kegemukan (Obesitas)
Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh ini disimpan dalam bentuk lemak.
Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan subkutan dan didalam jaringan tirai usus. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada umumnya lebih cepat gerah, capai dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.

Berat badan yang ideal pada orang dewasa menurut rumus Dubois ialah :

B (kg) = (Tcm - 10) + 10%, dengan :
B = Berat badan hasil perkiraan / pengukuran
T = Tinggi badan

Oleh Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dilakukan koreksi sebagai berikut :

B (kg) = {(Tcm - 100) - 10%} + 10%



                                                                        6
Contoh: :

Si Ali (Dewasa) diukur tinggi badannya 160 centimeter maka berat badan Ali yang ideal adalah antara 54 kilogram dengan 66 kilogram (paling rendah 54 kilogram dan paling tinggi 66 kilogram). Apabila orang dewasa yang tinggi badannya 160 cm dengan berat badan dibawah 54 kg maka ia kurang gizi dan bila lebih dari 66 kg, ia termasuk obesitas (kegemukan).

3. Anemia (Penyakit Kurang Darah)
Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb).

Disamping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi (Fe) lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar 10% saja dari Fe yang terdapat di dalam makanan diserap ke dalam mukosa usus.
Ekskresi Fe dilakukan melalui kulit, didalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedangkan pada wanita ekskresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pada pria. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan Fe ini.
Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas atau posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil maka program ini tampak berjalan lambat.

7
4. Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A didalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea karena glandula lakrimalis menurun. Terlihat selaput bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak.
Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau noctalmia yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut maka mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalasia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi yakni fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut xerophthalmia ini.
Oleh sebab itu penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini ditujukan kepada pencegahan kebutaan pada anak balita. Program penanggulangan xerophthalmia ditujukan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui puskesmas dan / atau posyandu. Disamping itu program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan sebagai sumber vitamin.

5. Penyakit Gondok Endemik                                                                                                           
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat iodium ini dikonsentrasikan didalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) yang diperlukan dalam sintesa hormon thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin) maka disebut thyroglobulin. Apabila diperlukan, thyroglobulin ini dipecah dan terlepas hormon thyroxin yang dikeluarkan dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.

                                                            8
Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme (kekurangan iodium) dan tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid) yang kemudian disebut penyakit gondok.
Apabila kelebihan zat iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit gondok ini di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah-daerah terpencil di pegunungan yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok endemik.
Kekurangan iodium juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, yaitu cretinismaringan sampai dengan sangat berat (debil).













                                                          9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan selesainya penyusunan makalah ini berarti kami telah melaksanakan sebagian dari tugas mata kuliah “Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”. Yang mempunyai sub judul ”Management Malnutrisi Pada Anak”. Sebagai penulis, kami telah memaparkan tentang malnutrisi pada anak dan dapat menyimpulkannya sebagai berikut:
1.      Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Namun demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup keadaan overnutrition (gizi berlebih).
2.      Keadaan undernutrisi disebabkan oleh keadaan kekurangan pangan baik karena masalah produksi atau masalah distribusi patut dijadikan catatan bahwa tidak jarang undernutrisi, khususnya pada anak, juga terjadi karena kesalahan pola pemberian makanan ataupun jenis makanan yang diberikan.
3.      Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi dan telah merupakan masalah kesehatan masyarakat, yaitu :
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), Penyakit Kegemukan (Obesitas), Anemia (Penyakit Kurang Darah), Xerophthalmia (Defisiensi Vitamin A), Penyakit Gondok Endemik.

B. Saran
Dengan demikian kami menyadari akan segala kekurangan kami. Dan kami sangat mengharapkan saran dan kritik. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat memotivasi dan manfaat bagi rekan-rekan semua.
                                                                        10

DAFTAR PUSTAKA

1.  Hark A, Morrison G. 2000. Deelopment of a case-based integrated nutrition curriculum for medical students. Am J Clin Nutr;72:890S-897S.
2.  Jeor STS. Krenkel JA, Plodkowsky RA, Veach TL, Tolles RL, Kimmel JH.          2006. Medical nutrition: a comprehensive, school-wide curriculum review. Supplement: An Evidence-Based Approach to Medical Nutrition Education. Am J Clin Nutr; 83:963S-967S.
3. Krebs NF, Primak LE. 2006. Comprehensive integration of nutrition into medical training. Supplement: an evidence-based approach to medical nutrition education. Am J Clin Nutr;83:945S-950S.
4. Tobin B, Welch K, Dent M, Smith C, Hooks B, Hash R. 2003. Longitudinal and horizontal integration of nutrition science into medical school curricula. Symposium: innovative teaching strategies for physicians in clinical nutrition. J Nutr;133:567S-572S.

5. Hark LA. 2006. Leasson learned from nutrition curricula enhancements. Supplement: an-evidence based approach to medical nutrition education. Am J Clin Nutr;83:968S-970S.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar